Translate
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Wahai diri,
Tundukkanlah hatimu selalu dihadapan-Nya, pasrahkan jiwamu selalu kepada-Nya, lihatlah dirimu yang lemah lagi hina itu, pandanglah jasadmu yang rapuh itu, lihatlah apa yang telah engkau usahakan untuk-Nya, dan renungkanlah olehm
u untuk apa umurmu engkau habiskan selama ini..
Teruslah engkau bermuhasabah diri dan jangan pernah melewatkannya.
Cobalah ambil cermin olehmu untuk melihat gambaran dirimu dan lihatlah dirimu yang berdiri disana.
Pandanglah dengan seksama semua bagian tubuhmu yang lemah dan fana itu.
Pandanglah ia dengan penuh kerendahan dirimu di hadapan-Nya.
Wahai diri,
Pandanglah kepalamu.
Apakah ia senantiasa engkau tundukkan dan sujudkan dengan penuh harap, takut dan penuh kehinaan di hadapan Rabb-mu, atau apakah ia masih tetap menengadah penuh keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan kepada Rabbmu juga hamba-hamba-Nya, sehingga engkau pun semakin melampaui batas
Pandanglah matamu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk menatap keindahan, kekuasaan serta keagungan-Nya melalui Ayat-ayat-Nya juga ciptaan-Nya, atau apakah engkau gunakan matamu untuk memandang perkara yang dilarang-Nya juga berbagai bentuk kemaksiatan yang tampak dihadapanmu, sehingga membutakan matamu dari Kalamullah.
Pandanglah telingamu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk mendengarkan firman-firman-Nya, mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an, tausiyyah dan seruan kebaikan lainnya, atau apakah ia masih engkau gunakan untuk mendengarkan suara-suara yang tiada berguna bagimu, sehingga iapun mengeraskan hati dan pikiranmu.
Pandanglah hidungmu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk mencium bumi Allah atau hamparan sajadah sebagai alas untuk shalat dan sujudmu, mencium orang tuamu, istrimu, suamimu dan anak-anak tercintamu serta mencium kepala anak-anak kaum papa yang kehilangan cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya, atau apakah ia masih engkau gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya, sehingga engkau pun tak akan mendaptkan harumnya bau surga.
Pandanglah mulutmu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk menyampaikan Ayat-ayat-Nya, menyebarkan ilmu-Nya, mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat yang bermanfaat dan menjaga diri dari keburukan lisannya, atau apakah ia masih engkau gunakan untuk mengatakan kata-kata yang tiada berguna, mencaci, memaki, ghibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta, sehingga Allah benci dan murka terhadap dirimu.
Pandanglah tanganmu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk bersedekah, menolong orang yang kesusahan, membantu sesama yang kena musibah, menciptakan karya-karya yang berguna untuk umat, atau apakah ia masih engkau gunakan untuk mendzalimi orang lain, mencuri yang bukan menjadi hakmu, menganiaya saudaramu yang tak berdaya, sehingga engkau pun akan menjadi binasa karena tanganmu sendiri.
Pandanglah kakimu.
Apakah ia senantiasa engkau gunakan untuk melangkah ke tempat-tempat yang diridhai-Nya, tempat ibadah, tempat menuntut ilmu pengetahuan, tempat-tempat pengajian yang benar lagi lurus, atau apakah ia masih engkau gunakan untuk membawa dirimu ke lembah kemaksiatan, melangkahkan kakimu ke tempat yang dilarang-Nya, dan melangkahkan kakimu untuk melakukan kejahatan dan keresahan umat, sehingga engkau pun mendapatkan adzab dari-Nya.
Pandanglah dadamu.
Apakah di dalam dadamu tersimpan kelapangan dan kelembutan hati, keikhlasan dan kesabaran, rasa syukur dan tawadhu, juga keimanan dan ketauhidan yang benar, atau apakah engkau masih menyimpan dan membiarkan penyakit hatimu tumbuh subur, membiarkan hatimu gelap gulita, menggadaikan jiwamu untuk urusan dunia, mengotorinya dengan dosa dan permusuhan, sehingga hidupmu merasa hampa dan jiwamu menjadi teman syaitan laknatullah.
Mudah-mudahan tulisan pengingat ini selalu akan menjadi penggugah dan penyemangat Ûñtûk diriku dan juga saudaraku semuanya agar senantiasa mengkaji diri, bermuhassabah diri dan berusaha menjadi seorang hamba Allah yang senantiasa memperbaiki diri.
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxafWwJCmFmKHbXyCxQ74oF8hlY_JVwpOPAG-qaXktLFMDF-OMCPIbSLAklHVms6tbKZrSIeDwtkYZ3xedkCi2kXBcZcYARmIUuujkRdUvoctLZcJESZ72yUxYmeFO7bFKXVo_QzsFJenP/s1600/s.jpg)
Ada sebuah kisah yang menakjubkan yaitu pada zaman Nabi Muhammad S.AW.
kisah ini terjadi di kehidupan rumah tangga Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fatimah.
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang as
ar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana ke
perluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.
Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.
Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."
✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿ ✿
Subhanallah...
bukan dengan banyaknya materi sebuah kehidupan menjadi tenang dan indah,
tetapi dengan kesederhanaan yaitu dengan sebuah cinta yang tulus ikhlas karena Allah-lah yang membuat kehidupan ini menjadi lebih indah...
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Aku tidak marah
Aku tidak cemburu
Kerana aku tahu
Aku tidak cemburu
Kerana aku tahu
Kamu bukan hakku
Kadang-kadang
Perasaan ini kelemahanku sebagai manusia biasa
Sungguh senang utk aku jatuh cinta.
Dan memang tidak dinafikan disaat ini
Ada sedikit cinta dihatiku untukmu
Aku teringin kau megetahui
Apa yang ada dalam hatiku saat ini...
Tapi biarlah DIA yg lebih mengetahui
Apa yang wujud didalam hati ketika saat ini
Sedangkan DIA yg menjadikan hati
dan DIA juga yg mewujudkan perasaan itu
Tapi sekali lagi
Kau milik ALLAH
Bukan milikku
Jadi biar cinta ini ku pendam di dalam hatiku
Dan cukuplah aku mencintaimu
Dalam diam dari kejauhan
Dengan kesederhanaan dan keikhlasan
Kerana aku yakin tiada yang tahu rancangan ALLAH
Mungkin saja rasa ini ujian
Yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan-lahan
Ya ALLAH,
Usah biarkan hatiku
Tertambat pada cinta yg belum tentu menjadi milikku
Tenangkan diriku yang terbuai akan cinta
Sucikan nuraniku yang terbelenggu oleh nafsu
Bersihkan batinku yang ternoda oleh angan dan harapan
Ya ALLAH,
Leraikanlah dunia yang hinggap dalam hatiku
Kerana di situ aku tak mampu mengumpul dua cinta
Hanya cintaMu
Ya ALLAH Ya Rabbi
Yang kuharap hingga ke syurga hakiki...
"Siapa saja yang memberi kerana ALLAH, menolak kerana ALLAH, membenci kerana ALLAH dan menikah kerana ALLAH, maka bererti ia telah sempurna imannya."
(HR. AL-HAKIM)
Aamin ya rabbal Aalamin...
Kadang-kadang
Perasaan ini kelemahanku sebagai manusia biasa
Sungguh senang utk aku jatuh cinta.
Dan memang tidak dinafikan disaat ini
Ada sedikit cinta dihatiku untukmu
Aku teringin kau megetahui
Apa yang ada dalam hatiku saat ini...
Tapi biarlah DIA yg lebih mengetahui
Apa yang wujud didalam hati ketika saat ini
Sedangkan DIA yg menjadikan hati
dan DIA juga yg mewujudkan perasaan itu
Tapi sekali lagi
Kau milik ALLAH
Bukan milikku
Jadi biar cinta ini ku pendam di dalam hatiku
Dan cukuplah aku mencintaimu
Dalam diam dari kejauhan
Dengan kesederhanaan dan keikhlasan
Kerana aku yakin tiada yang tahu rancangan ALLAH
Mungkin saja rasa ini ujian
Yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan-lahan
Ya ALLAH,
Usah biarkan hatiku
Tertambat pada cinta yg belum tentu menjadi milikku
Tenangkan diriku yang terbuai akan cinta
Sucikan nuraniku yang terbelenggu oleh nafsu
Bersihkan batinku yang ternoda oleh angan dan harapan
Ya ALLAH,
Leraikanlah dunia yang hinggap dalam hatiku
Kerana di situ aku tak mampu mengumpul dua cinta
Hanya cintaMu
Ya ALLAH Ya Rabbi
Yang kuharap hingga ke syurga hakiki...
"Siapa saja yang memberi kerana ALLAH, menolak kerana ALLAH, membenci kerana ALLAH dan menikah kerana ALLAH, maka bererti ia telah sempurna imannya."
(HR. AL-HAKIM)
Aamin ya rabbal Aalamin...
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
"KETIKA HARAPAN TIDAK SESUAI KEINGINAN"
Duhai Sahabatku,
Ketika engkau mengharapkan sesuatu, tetapi tidak sesuai keinginan,
maka janganlah bersedih, sebab Allah tidak akan salah memilih seseorang untukmu
Duhai Sahabatku,
Ketika engkau mengharapkan sesuatu, tetapi tidak sesuai keinginan,
maka janganlah bersedih, sebab Allah tidak akan salah memilih seseorang untukmu
boleh jadi apa yg engkau sukai, padahal itu buruk menurut Allah,
dan boleh jadi kamu membenci justru itu baik menurut Allah,
Allah tidak memberi apa yg kita inginkan,
tetapi Allah memberi apa yg kita butuhkan,
La Tahzan Innallaha Ma'ana, Janganlah bersedih sesunggguhnya Allah bersama kita,
dan boleh jadi kamu membenci justru itu baik menurut Allah,
Allah tidak memberi apa yg kita inginkan,
tetapi Allah memberi apa yg kita butuhkan,
La Tahzan Innallaha Ma'ana, Janganlah bersedih sesunggguhnya Allah bersama kita,
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Betapa indahnya sebuah
keluarga,
Ketika menjelang Shubuh sang isteri membangunkan suaminya untuk melaksanakan Shalat Shubuh. Betapa
indahnya sebuah keluarga,
Ketika menjelang Shubuh sang
suami membangunkan isterinya untuk melaksanakan Shalat Shubuh. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami berangkat
Shalat Shubuh berjemaah di Masjid, sementara sang isteri Shalat Shubuh di rumah. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang isteri tengah sibuk masak buat sarapan pagi,
Sementara sang suami menemani si buah hati dengan penuh kasih sayangnya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Sebelum sang suami berangkat kerja,
Sang isteri telah mempersiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami sedang menikmati sarapan pagi,
Serta merta sang isteri selalu
setia menemaninya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami tengah
memakai baju kerjanya,
Sementara sang isteri membantu memasangkan kancing bajunya.
Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami hendak pamit berangkat kerja,
Serta merta sang isteri mengambil tangan suaminya seraya menciuminya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami hendak pamit berangkat kerja,
Tak lupa sang suami mencium
kening isterinya. Betapa indahnya sebuah
keluarga,
Ketika sang suami keluar rumah hendak berangkat,
Sementara sang isteri
mengiringi sampai halaman rumahnya. Dan
betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami telah berangkat kerja,
Sementara sang isteri senantiasa mendoakan untuk keselamatan suaminya.
Sungguh..!!
Jika aku telah menikah nanti, Aku akan berusaha untuk mempraktekkannya.
Agar kehidupan rumah tanggaku berhiaskan keindahan dan ketentraman menuju keluarga sakinah, mawaddah warahmah
Ketika menjelang Shubuh sang isteri membangunkan suaminya untuk melaksanakan Shalat Shubuh. Betapa
indahnya sebuah keluarga,
Ketika menjelang Shubuh sang
suami membangunkan isterinya untuk melaksanakan Shalat Shubuh. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami berangkat
Shalat Shubuh berjemaah di Masjid, sementara sang isteri Shalat Shubuh di rumah. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang isteri tengah sibuk masak buat sarapan pagi,
Sementara sang suami menemani si buah hati dengan penuh kasih sayangnya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Sebelum sang suami berangkat kerja,
Sang isteri telah mempersiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami sedang menikmati sarapan pagi,
Serta merta sang isteri selalu
setia menemaninya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami tengah
memakai baju kerjanya,
Sementara sang isteri membantu memasangkan kancing bajunya.
Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami hendak pamit berangkat kerja,
Serta merta sang isteri mengambil tangan suaminya seraya menciuminya. Betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami hendak pamit berangkat kerja,
Tak lupa sang suami mencium
kening isterinya. Betapa indahnya sebuah
keluarga,
Ketika sang suami keluar rumah hendak berangkat,
Sementara sang isteri
mengiringi sampai halaman rumahnya. Dan
betapa indahnya sebuah keluarga,
Ketika sang suami telah berangkat kerja,
Sementara sang isteri senantiasa mendoakan untuk keselamatan suaminya.
Sungguh..!!
Jika aku telah menikah nanti, Aku akan berusaha untuk mempraktekkannya.
Agar kehidupan rumah tanggaku berhiaskan keindahan dan ketentraman menuju keluarga sakinah, mawaddah warahmah
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Jika mau mendapatkan yg sholeh, kurangkan rencana mencari si sholeh,
tapi berusahalah menjadi yg sholehah. Jika inginkan yg sholehah,
janganlah cerewet mencari yg sholehah, tapi berusahalah menjadi yg sholeh.
Bertemu dg yg sholehah, sholehahnya dia
belum tentu kekal.
Bertemu yg sholeh, sholehnya bisa berubah.
Karena si sholeh dan sholehah adalah insan biasa.
Pernikahan adalah sebagian dari proses untuk MENJADI, bukan MENCARI.
Label:
Motivasi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Pernahkah kamu merasakan,
bahwa kamu mencintai seseorang,
meski kamu tahu ia tak sendiri lagi,
dan..meski kamu tahu cintamu mungkin tak berbalas,
tapi kamu tetap mencintainya...
Pernahkah kamu merasakan,
bahwa kamu sanggup melakukan apa saja
demi seseorang yang kamu cintai,
meski kamu tahu ia takkan pernah peduli ataupun ia peduli dan mengerti,
tapi ia tetap pergi ....
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta,
tersenyum kala terluka, menangis kala bahagia,
bersedih kala bersama,
tertawa kala berpisah...
Aku pernah.........
Aku pernah tersenyum meski kuterluka
karena kuyakin Tuhan tak menjadikannya untukku...
Aku pernah menangis kala bahagia,
karena kutakut kebahagiaan cinta ini akan sirna begitu saja...
Aku pernah tertawa saat berpisah dengannya,
karena sekali lagi, cinta tak harus memiliki,
dan Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain untukku...
Aku juga pernah bersedih kala bersamanya,
karena kutakut aku kan kehilangan dia suatu saat nanti,
dan......
Aku tetap bisa mencintainya,
meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku,
karena memang cinta ada dalam jiwa...
Semua orang pasti pernah merasakan cinta..
baik dari orang tua...sahabat.. kekasih
dan akhirnya pasangan hidupnya.
Buat temanku yg sedang jatuh cinta..
selamat yah..karena cinta itu sangat indah.
Semoga kalian selalu berbahagia.
Buat temanku yg sedang terluka karena
cinta...Hidup ini bagaikan roda yang
terus berputar, satu saat akan berada
di bawah dan hidup terasa begitu sulit,
tetapi keadaan itu tidak untuk
selamanya,bersabarlah dan berdoalah
karena cinta yang lain akan datang dan
menghampirimu .
Buat temanku yang tidak percaya akan
cinta...buka hatimu jangan menutup
mata akan keindahan yang ada di dunia
maka cinta membuat hidupmu menjadi
bahagia.
Buat temanku yang mendambakan cinta..
bersabarlah..Karena cinta yang indah
tidak terjadi dalam sekejap..
Tuhan sedang mempersiapkan segala yang
terbaik bagimu.
Buat temanku yang mempermainkan
cinta....Sesuatu yang begitu murni dan
tulus bukanlah untuk dipermainkan
Cinta bukan suatu kehampaan...
Semoga kalian berhenti mempermainkan
cinta dan mulai merasakan kebahagiaan
yang seutuhnya .
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak,
"Kamu nggak cinta lagi sama aku!" Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak,
"Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!" Tiba-tiba Dara menjadi terdiam, Berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."
Lima tahun berlalu. Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
"Good bye...."
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, dan meninggal. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal"
Label:
Cerita Islami
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Syech Mansyurudin cikaduwen Banten, ada satu tempat yang menarik yaitu sebuah batu besar yang bertuliskan Alquran , orang menamai tempat tersebut dengan Batu quran . Hal yang saya dengar tentang batu quran tersebut timbul karena Syech mansyurudin seorang ulama min auliyaillah pada waktu berada di Mekkah menyelam di sumur Zam-zam dan timbul di suatu mata air yang terdapat didaerah cibulakan banten , mata air tersebut memancur sangat deras lalu Syech Mansyurudin mengambil Alquran untuk menghentikan laju mata air yang memancur deras tersebut hingga akhirnya pancuran air tersebut dapat dihentikan dan Alquran tersebut berubah menjadi sebuah batu , lalu syech mansyurudin mengukir batu tersebut dengan jari telunjuknya.
Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sultan Haji, beliau adalah putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Sekitar tahun 1651 M. Beliau menikah dengan gadis dari desa Cikoromay banten bernama Nyi Mas Ratu Sarinten dan dikarunia anak bernama Muhammad sholih . Beliau merupakan salah satu ulama yang menyebarkan Islam di Banten selatan. Menurut cerita Beliau terkenal sakti dan dapat bersahabat dengan bangsa Jin . Suatu ketika Syech Mansyurudin berjalan kesebuah hutan lalu tiba tiba Beliau mendengar Aungan Harimau yang merintih kesakitan. Ketika dihampiri oleh Syech Mansyurudin Harimau tersebut tengah terjepit pada suatu pohon besar. Lalu Syech mansyurudin menolong Harimau tersebut melepaskan dari himpitan kayu , setelah dibebaskan harimau tersebut mengaung dan menunduk dihadapan Syech Mansyurudin. Dengan karomah yang beliau Miliki syech mansyurudin dapat bercakap cakap dengan harimau tersebut. Kata Syech Mansyurudin kepada harimau tersebut ‘Engkau atas izin Alloh telah aku selamatkan , maka aku minta pada engkau dan anak turunanmu untuk tidak mengganggu keluarga dan anak keturunanku” . Sang Harimau pun menyanggupinya. Hingga saat ini berkembang cerita bahwa anak keturunan syech Mansyurudin dapat menaklukan harimau .
Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672M dan di makamkan di Cikaduen Pandeglang Banten. Hingga kini makam beliau sering diziarahi oleh masyarakat
Label:
Kyai Kondang
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
“ Ketika ditanya apa rahasianya sehingga dapat berjalan di atas air, Habib menjawab,
“Dengan memutihkan hati.”
Habib Al-Ajami,yang telah bertaubat dari pekerjaannya sebagai seorang lintah darat, melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial yang sungguh mulia. Diantaranya karena bencana kelaparan melanda kota Bashrah, dengan berutang Habib membeli banyak bahan pangan dan membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin.
Setiap hari Habib menggulung kantung uangnya dan menaruh di atas lantai. Apabila para pemberi utang datang untuk menagih utang, barulah kantung itu dikeluarkannya. Ajaib, ternyata kantung itu sudah penuh dengan kepingan dirham. Dari situlah dilunasinya semua utangnya.
Habib Al-Ajami, yang hidup sekitar abad kedua Hijriyyah, dalam khazanah Islam, selain sebagai sufi, juga dikenal sebagai ahli hadits. Ia merawikan hadits-hadits dari Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan tabi’in lainnya.
Dalam pergaulannya dengan Hasan Al-Bashri (w.110 H/728 M), terjadi beberapakejadian unik. Hasan Al- Bashri adalah penasehat, guru, teman, dan juga sahabat yang setia yang selalu membimbingnya ke jalan kebenaran.
Dalam kitab Al-Kasyful Mahjub disebutkan, suatu pagi, saat Hasan Al-Bashri lewat di depan biliknya, Habib mengumandangkan adzan lalu berdiri melakukan sholat. Hasan masuk, tetapi tidak mau berjama’ah dengannya, karena Habib tidak bisa berbahasa Arab dengan fasih atau membaca Al-Qur’an dengan baik.
Di malam yang sama, Hasan bermimpi bertemu Tuhan dan bertanya kepada-Nya, “Ya Allah, dimana gerangan kenikmatan itu?”
Allah menjawab,”Wahai Hasan, engkau menemukan nikmatmu, tetapi tidak tahu artinya : jika kemarin malam engkau shalat di belakang Habib, dan jika ketulusan niatnya tidak menghalangimu untuk menolak kefasihannya, pasti Aku akan berkenan memberi nikmat kepada-mu.”
Menurut Al-Hujwiri, pengarang kitab Al-Kasyful Mahjub, peristiwa seperti ini merupakan pengetahuan yang biasa di kalangan sufi.
Tak Terlihat Pasukan Zhalim
Dalam kitab Tadzkirotul Auliya’ dikisahkan, rumah Habib terletak di sebuah persimpangan jalan di kota Bashrah. Ia mempunyai sebuah mantel bulu yang selalu dipakainya, baik di musim panas maupun di musim dingin.
Sekali peristiwa, ketika hendak bersuci, Habib melepaskan mantel itu dan dengan santai melemparkannya ke atas tanah.
Tidak berapa lama, Hasan Al-Bashri lewat di tempat itu. Melihat mantel Habib yang terletak di atas jalan , ia bergumam,”Dasar Habib seorang Ajami (bukan orang Arab), tak peduli berapa harga mantel bulu ini! Mantel yang seperti ini tidak boleh dibiarkan saja di tempat ini, bisa-bisa hilang nanti.”
Hasan berdiri di tempat itu untuk menjaga mantel tersebut. Tak lama kemudian Habib pun kembali.
“Wahai, imam kaum muslimin, mengapa engkau berdiri disini?” tanya Habib.”Tahukah engkau, mantel seperti ini tidak boleh ditinggalkan di tempat begini? Bisa-bisa hilang. Katakan, kepada siapakah engkau menitipkan mantel ini?”
“Kutitipkan kepada Dia, yang selanjutnya menitipkannya kepadamu,” jawab Habib.
Di lain kisah, pada suatu hari Hasan berkunjung kerumah Habib. Kepadanya Habib menghidangkan dua potong roti gandum dan sedikit garam.
Hasan sudah bersiap-siap hendak menyantap suguhan itu, tetapi seorang pengemis datang dan Habib menyerahkan semua potongan roti beserta garam itu kepada sang pengemis.
Hasan terheran-heran lalu berkata, “Habib, engkau memang seorang manusia budiman. Namun alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit pengetahuan. Engkau mengambil roti yang telah engkau hidangkan ke ujung hidung tamu lalu memberikan semuanya kepada seorang pengemis. Seharusnya engkau memberikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kepada tamumu.”
Habib tidak memberikan jawaban.
Tidak lama kemudian seorang budak datang sambil menjunjung sebuah nampan. Di atas nampan tersebut ada daging domba panggang, panganan yang manis-manis, dan uang lima ratus dirham perak. Si budak menyerahkan nampan tersebut ke hadapan Habib. Kemudian Habib membagi-bagikan uang tersebut kepada orang-orang miskin dan menempatkan nampan tersebut di samping Hasan.
Pernah suatu kali, Hasan Al-Bashri dikejar-kejar prajurit-prajurit Gubernur Hajjaj (w. 95 H/714 M), yang terkenal kejam. Hasan bersembunyi di tempat Habib berkhalwat.
Para perwira itu bertanya kepada Habib, “Apakah engkau telah melihat Hasan pada hari ini?
Habib menjawab dengan enteng, “ Ya, aku telah melihatnya.”
“Dimanakah Hasan pada saat ini?”
“Di dalam rumah ini.”
Para perwira tersebut memasuki rumah Habib dan mengadakan penggeledahan, tetapi mereka tidak berhasil menemukan Hasan.
“Tujuh kali tubuhku tersentuh oleh mereka,”Hasan mengisahkan,”tetapi mereka tidak melihat diriku.”
Ketika hendak meninggalkan rumah itu, Hasan mencela Habib, ”Habib, engkau adalah seorang murid yang tidak berbakti kepada guru. Engkau telah menunjukkan tempat persembunyianku.”
“Guru, karena aku berterus terang itulah engkau dapat selamat. Jika tadi aku berdusta, niscaya kita berdua sama-sama tertangkap.’’
“Ayat-ayat apakah yang telah engkau bacakan sehingga mereka tidak melihat diriku?”
“Aku membaca Ayat Kursi (QS 2 : 255) sepuluh kali, ‘Amanar Rasul’ (QS 2 : 285) sepuluh kali, dan ‘Katakan, Allah itu Esa’ (QS 112 : 1) sepuluh kali. Setelah itu aku berdoa,” Ya Allah, telah kutitipkan Hasan kepada-Mu dan oleh karena itu jagalah dia,”
Sementara dalam versi Al-Kasyful Mahjub dikisahkan, ketika lolos dari pencarian itu dan kemudian keluar, Hasan Al-Bashri berkata kepada Habib,”Aku berutang kepada doamu, sehingga Allah tidak mempertemukankudengan orang-orang jahat itu, tetapi kenapa engkau mengatakan bahwa aku ada disini?”
Habib menjawab, “Tuan, mereka tidak bisa melihat engkau bukan karena doa saya, akan tetapi berkah karena saya berkata yang sebenarnya.”
Berjalan di Atas Air
Suatu kali, ketika ingin pergi ke suatu tempat, Hasan menyusuri tebing-tebing di pinggir sungai Tigris sambil merenung-renung.
Tiba-tiba Habib muncul di tempat itu.
“Imam, mengapa engkau berada di tempat ini?” Habib bertanya.
“Aku ingin pergi ke suatu tempat tetapi perahu belum juga tiba,”jawab Hasan.
“Guru, apakah yang terjadi terhadap dirimu? Aku telah mempelajari segala hal yang kuketahui dari dirimu. Buanglah rasa iri kepada orang-orang lain dari dalam dadamu. Tutuplah matamu dari kesenangan-kesenangan dunia. Sadarlah bahwa penderitaan adalah sebuah karunia yang sangat berharga, dan sadarilah bahwa segala urusan berpulang kepada Allah semata-mata. Setelah itu turunlah dan berjalanlah di atas air,”
Selesai berkata demikian Habib menginjakkan kaki ke permukaan air dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Melihat kejadian ini, Hasan merasa pusing dan jatuh pingsan.
Ketika ia siuman, orang-orang bertanya kepadanya,”Wahai imam kaum muslimin, apakah yang telah terjadi terhadap dirimu?”
“Baru saja muridku Habib mencela diriku, setelah itu ia berjalan di atas air dan meninggalkan diriku sedang aku tidak dapat berbuat apa-apa. Jika di akhirat nanti sebuah suara menyerukan ‘Laluilah jalan yang berada di atas api yang menyala-nyala’ sedang hatiku masih lemah seperti sekarang ini, apakah dayaku?”
Di kemudian hari Hasan bertanya kepada Habib,”Habib, bagaimanakah engkau mendapatkan karamah-karamah itu?”
Habib menjawab ,”Dengan memutihkan hatiku, sementara engkau menghitamkan kertas.”
Hasan berkata,”Pengetahuanku tidak memberi manfaat kepada diriku sendiri, tetapi kepada orang lain.”
Label:
Sufi
Diposting oleh
Unknown
komentar (2)
Pahlawan Nasional RI Kyai Imam Rozi (Singo manjat) dimakamkan di desa Tempursari ,kecamatan Ngawen putra Kyai Maryani, Pedan dilahirkan pada kamis Pahing tanggal 14 Maret 1795 adalah seorang pejuang di jaman penjajahan Belanda, era kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
Pada tanggal 20 Juli 1825 atau 1752 (Jawa) , terjadilah perang di Tegalrejo, Yogyakarta, dirumah Pangeran Diponegoro. Pada waktu itu Belanda jelas tidak menepati janji. Sebab menurut keputusan perundingan terakhir akan diadakan rapat besar di Keraton Kesultanan Yogyakarta. Namun Belanda tidak sabar,sehingga sebelum rapat besar dilaksanakan, pagi-pagi sekali tentara Belanda membumi hanguskan kediaman Pangeran Diponegoro, sehingga menyebabkan ia mengungsikan diri di Gunung Selarong.
Pada bulan Oktober 1825 , Sri Susuhunan PB VI dan Kyai Bowo dengan dikawal oleh Kyai Umar (Kyai SingoLodro) dan Kyai Imam Rozi (Singo Manjat) mendatangi Gua Selarong. Keperluannya untuk menyerahkan biaya perang kepada Pangeran Diponegoro dan mengangkat Kyai Mojo sebagai penasehat spiritual.
Sedangkan Kyai Singolodro dan Kyai Imam Rozi diangkat menjadi kurir rahasia, yaitu penghubung antara Pangeran Diponegoro dengan Sri Susuhunan PB VI , selain itu juga diangkat RA Sumirah sebagai Panglima perang wanita.
Kyai Imam Rozi adalah pejuang dijaman perang Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1825 sampai 1830 diangkat oleh PB VI sebagai Manggoloyudo dengan gelar Singo Manjat , dan pada tahun 1833 oleh Sri Susuhunan PB VI dianugerahi seorang putri yang yang bernama RA Sumirah adik Pangeran Diponegoro yang saat itu bersembunyi di desa Kedung Gubah untuk dijadikan istri.
Guna menghilangkan jejak dari Belanda, nama RA Sumirah dicabut oleh PB VI dan diberi gelar Nyai Kedung Gubah. Dalam perkawinan tersebut Kyai Imam Rozi dianugerahi sebuah sebuah tanah perdikan seluas 1450 meter persegi di Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Klaten.
Diatas tanah tersebut dibangun Masjid, Pondok Pesantren Singo Manjat, dan maqbaroh (pamijen) sebagai sarana untuk menyebarkan Agama Islam dan dilestarikan oleh ke-turunan –nya. Dalam penyebaran Islam, Kyai Imam Rozi akhirnya menjadi Ulama besar dan rata-rata muridnya juga menjadi ulama yang terkenal. Kyai Imam Rozi meninggal tahun 1845 dan dimakamkan diatas tanah perdikan atau di sebelah barat Masjid yang dibangunnya.
Label:
Tokoh Pejuang
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Kalau memang itu maumu
Mencari bahagia dengan menuruti nafsu
Terserah kamu...
Pandailah sendiri
Dan bodohlah sendiri...
Kehidupan dan kematian
Keuntungan dan kerugian
Kau sendiri yang menentukan
Sesudah Tuhan...
Ke utara atau keselatan
Kegelapan atau cahaya
Kau sendiri yang mengambil keputusan...
Buat apa aku mengingatkan
Kalau Tuhan saja tiada engkau dengarkan
Silahkan jalan...
Hebatlah sendiri
Dan konyolah sendiri...
Kenikmatan dan kepuasan
Bukanlah pada khayalan
Tapi, di dalam sehatnya akal fikiran...
Mencari rahasia Tuhan
Sejatinya kebahagiaan
Meminjakkan kaki dibumi kenyataan...
Lampiaskanlah semau - maumu
Hanyutkanlah diri sesuka – sukamu
Telanlah api dunia sekenyang – kenyangmu
Asal jangan sesalkan akan cepat datang mautmu...
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Apa kabar Kekasih hatiku? Hope u well and do take care...
Allah selalu bersama kita
Sayangku...
Masihkah menungguku...?
Hm... menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?!
Menunggu...
Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang 'istimewa'
Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa
Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu
Wahai bidadariku...
Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah
Telah kulihat wajahmu dan aku mengerti,
betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu
Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu
Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang
Karena jalan ini masih panjang
Banyak hal yang menghadang
Hatiku pun melagu dalam nada angan
Seolah sedetik tiada tersisakan
Resah hati tak mampu kuhindarkan
Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan
Karang asaku tiada 'kan terkikis dari panjang jalan perjuangan, hanya karena sebuah kegelisahan
Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan
Keputusan besar untuk datang kepadamu
Wahai cintaku
Jangan kau menangis, jangan pula bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu
Percayalah pada-Nya, Yang Maha Pemberi Cinta,
bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir
Yakinlah...saat itu pasti 'kan tiba
Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu
Karena kecantikan hati dan iman yang dicari
Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu
Karena aura keimananlah yang utama
Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga,
merasuk dan menembus relung jiwa
Wahai perhiasan terindah...
Hidupmu jangan kau pertaruhkan, hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pernikahan. Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.
Wahai pelita jiwaku
Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil
Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup
Pasrahkan inginmu sedalam qalbu, pada tahajjud malammu
Bariskan harapmu sepenuh rindumu, pada istikharah di shalat malammu
Pulanglah pada-Nya, ke dalam pelukan-Nya
Jika memang kau tak sempat bertemu diriku,
sungguh...itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci
Dan kau terpilih menjadi Ainul Mardhiyah di jannah-Nya
Kekasihku..
Skenario Allah adalah skenario terbaik
Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita
Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang,
merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya
Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita
Sayangku...
Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah 'kan menjelang jua
Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan
Apa kabarkah kau disana?
Lelahkah kau menungguku berkelana?
Lelahkah menungguku kau disana?
Bisa bertahankah kau disana?
Tetap bertahanlah kau disana...
Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu
Bila waktu itu telah tiba,
kenakanlah mahkota itu,
kenakanlah gaun indah itu...
Masih banyak yang harus kucari, 'tuk bahagiakan hidup kita nanti...
Kekasih...
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir
Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera,
kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang
Cinta membuat hati terasa terpotong-potong
Jika di sana ada bintang yang menghilang,
mataku berpendar mencari bintang yang datang
Kalau memang kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang ya sayang...
Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat
Dan mendo'akanmu agar kau selalu sehat, bahagia,
dan mendapat yang terbaik dari-Nya
Aku tak pernah berharap, kau 'kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini
Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup
Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini
Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau 'tuk dikagumi
Akulah orang yang 'kan selalu mengagumi, mengawasi, menjaga dan mencintaimu
Duhai Permata hatiku...
Saat ini ku hanya bisa mengagumimu,
hanya bisa merindukanmu
Dan tetaplah berharap, terus berharap
Berharap aku 'kan segera datang
Jangan pernah berhenti berharap,
Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup
Bila kau jadi istriku kelak,
jangan pernah berhenti memilikiku
dan mencintaiku hingga ujung waktu
Tunjukkan padaku kau 'kan selalu mencintaiku
Hanya engkau yang aku harap
Telah lama kuharap hadirmu di sini
Meski sulit, harus kudapatkan
Jika tidak kudapat di dunia...
'kan kukejar sang Ainul Mardhiyah yang menanti di surga
Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu bijaksana
Aku goreskan syair sederhana ini,
untuk dirimu yang selalu mempesona
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya
Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku dan bagimu
Semoga...
Kau terindah di antara bunga yang paling indah
Kau teranggun di antara dewi yang paling anggun
Kau berikan tanda penuh arti yang tak bisa aku mengerti
Kau bentangkan jalan penuh duri yang sulit aku lewati
Begitu indah kau tercipta bagi Adam
Begitu anggun kau terlahir sebagai Hawa
Kau terindah yang pernah kukagumi
Kau teranggun yang pernah kutemui
Ya Allah...
ringankanlah kerinduan yang mendera
kupanjatkan sepotong doa setiap waktu,
karena keinginan yang menyeruak di dalam diriku
Ya Allah...
ampuni segala kekhilafan hamba yang hina ini
ringankan langkah kami
beri kami kekuatan dan kemampuan
tuk melengkapkan setengah dien ini,
mengikuti sunnah RasulMu
jangan biarkan hati-hati kami
terus berkelana tak perpenghujung
yang hanya sia-sia dengan waktu dan kesempatan
yang telah Engkau berikan
Aamiin...
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu
Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu
Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu. Amin....!
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Oh, Sang Khalik Maha Pencinta,
Betapa sanubariku mengimpikan simphoni cinta kehadirat-Mu.
Betapa aku rasakan ada satu ikatan dan keutuhan di lubuk nuraniku.
Betapa kerinduanku makin menjadi dan terus marak.
Tapi aku ingin, masih mau berpetualang mencari titik
pusat cinta yang dapat mengukir rona-rona
kebahagiaan sempurna dalam hati hamba-Mu ini.
Kali ini kutahtakan hadir-Mu
pada puncak singgahsana ketenangan jiwaku.
Kiranya ……..gelora sukmaku terpaut pada artinya hidup ini.
Oh, Sang Agung Maha Pencinta,
Kutahtakan peribadi-Mu pada puncak singgahsana pemikiranku.
Kiranya setitis embun berkat dicurahkan padaku,
dalam setiap detik-detik nadiku selamanya.
Kutahtakan kepribadian Rasul-Mu pada puncak singgahsana hatiku.
Dan memang itu satu pegangan hatiku yang pasti abadi - Keesaan-Mu yang paling agung.
Oh Sang Maha Pencinta,
Ajari aku bahasa cinta …………..
agar aku dapat menebarkan dan mewartakan cinta.
Ajari aku bahasa cinta ………………
Agar cinta-Mu melekat pada setiap insan yang aku temui.
Ajari aku bahasa cinta ………………
agar aku lebih suka mencintai daripada dicintai.
Ajari aku bahasa cinta …………….
agar aku tidak tersalah memilih cinta.
Haqqulloh - Rohmatulloh - Ridho Alloh.
Wassalam................cinta
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
“Ya Allah, kenapa Ramadhan begitu cepat berlalu padahal kami belum merasakan apa-apa di bulan Ramadhan ini ?. Apakah Kau tak mencintai kami sehingga Ramadhan berlalu begitu saja tanpa makna”
“Ya Allah, kami belum merasa jadi kepompong Ramadhan, kami masih saja menjadi ulat yang menjijikkan, rakus dan merusak. Lalu kenapa waktu berjalan tak lambat saja waktu itu agar Ramadhan benar-benar kami regup biar kepompong Ramadhan menjadi kupu-kupu dan tinggali ulat diri yang legam itu”.
“Ya Allah, puasa kami di bulan Ramadhan itu terkadang lebih karena kewajiban bukan karena kesungguh-sungguhan akan keinginan untuk bercermin kembali, untuk meneropong ruhaniyah kami ke dalam realitas batin dan kenyataan hidup yang akan kami jalani”.
“Ya Allah, kenapa Ramadhan harus meninggalkan kami padahal kualitas puasa kami belum ada apa-apanya, kami memahami puasa hanya sebatas menahan lapar dan dahaga sehingga seolah-olah puasa itu diperuntukkan bagi orang-orang yang berkecukupan. Ilmu kami hanya sebatas pengetahuan tentang ‘menahan haus dan lapar dari shubuh sampai Maghrib’, ilmu kami tentang puasa tak pernah bertambah dan tak mau ditambah-tambah”.
“Ya Allah, di hari-hari Ramadhan kami begitu cukup lahapnya menjalankan aktivitas ibadah formal ataupun nonformal untuk meraup diskon pahala sebanyak-banyaknya, wajar saja kalau kami ini sebagai muslim yang ‘pedagang’, tipe hayawani, yang melakukan aktivitas ibadah khsusnya di bulan Ramadhan demi memperoleh pahala. Profit akhirat. Kami muslim yang ‘kapitalis’. Orientasi ‘untung-rugi’ “.
“Ya Allah bahkan puasa kami jalani karena ‘takut’, tipe Rahbani, muslim yang ‘birokratis’. Kami melakukan peribadatan karena peraturan dan rasa takut, mirip dengan psikologi pegawai yang berorientasi pada kepada presensi/absensi”. Ya Allah kenapa kami tidak pernah bisa menjadi muslim yang ‘muslim’. Muslim yang Rabbani, muslim yang melakukan ibadah tidak dengan tujuan pahala, surga atau takut neraka, melainkan asli untuk Allah saja. Pokoknya mau diapakan saja, mau dijunjung ke singgasana surga atau ke kerak neraka, asal Allah yang menghendaki maka kami mau dan ikut saja”.
“Ya Allah, kami sebenarnya tahu bahwa puasa Ramadhan hanya latihan berpuasa saja, karena kami—sebenarnya—tahu bahwa kalau puasa hanya menahan haus dan lapas dari shubuh sampai Maghrib anak SD pun pasti bisa, kami memang dianjurkan oleh-Mu berpuasa di bulan Ramadahan agar kami memiliki kesanggupan, iman dan ketahanan untuk melakukan puasa yang kontekstual, puasa yang bagaimana kami bisa membatasi diri dari nafsu ingin membeli hal-hal yang kurang bermanfaat, bagaimana kami melakukan hal-hal yang paling islami saja diantara seribu kemungkinan dihadapan mata kami. Bagaimana kami tidak lagi korupsi kecil-kecilan apalagi besar, tidak lebih mementingkan diri sendiri, tidak terlibat segala hal yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.
“Ya Allah, maka di Syawal ini sesungguhnya kami belum pantas beridul fitri, kami masih jelaga. Pekat. Karena kami sadar idul fitri adalah sebuah proses kembali jadi bayi, kami kembali fitrah, suci, polos dan bersih. Menjadi kupu-kupu yang kemriyek, yang tak habis-habisnya kibas-kibaskan sayapnya, bertegur sapa. Kembali dari kekalahan menuju kemenangan, bukan kemenangan atas orang, kemenangan yang sejati, kemenangan sejati bukanlah kemenangan umat Islam atas umat yang lain, karena Islam tidak dihadirkan ke bumi untuk kekuasaan satu pihak atas pihak lain, melainkan untuk merahmati seluruh alam. Kemenangan sejati adalah sanggup mengendalikan diri, menyelesaikan segala kondisi diri kepada apa yang dikehendaki Allah”.
“Ya Allah, sungguh kami sadar kami belum kembali bayi, karena bayi jika menangis karena ia jujur mau menangis. Kalau ia ngomong, tak ada jarak atau apalagi pertentangan antara kata-katanya dengan suara hati atau pikirannya. Kalau senang ia tertawa. Kalau senyum sangat tulus dan ikhlas. Tak ada yang disembunyikan, dalam arti ia jujur sejujur-jujurnya”.
“Ya Allah, kemarin kami merayakan Idul Fitri sebatas kebudayaan saja karena kami lebih menekankan diri pada hura-hura, senang-senang material, pakaian baru, petasan, kembang api, kemewahan dan konsumsi-konsumsi. Kami kurang menyelam ke dalam ruhani Idul Fitri. Kedalam usaha keinsafan baru, kesadaran baru, kelahiran baru”. Laisal `idu liman labisal jadid, walakinnal `idu liman tho`atahu tazid. Idul Fitri bukan milik orang yang berpakaian baru, melainkan milik hamba Allah yang kepatuhan ilahiyahnya menyubur”.
“Ya Allah, kemarin juga dan di bulan Syawal ini kami melakukan upacara maaf-memaafkan, kami menjalani ‘keharusan’ untuk berbasa-basi saling maaf-memaafkan, sementara persoalan-persoalan yang terkandung dalam konteks sebelum maaf-memaafkan itu tak pernah diselesaikan secara tuntas.
“Ya Allah, kami dalam merayakan Idul Fitri, menginginkan, berharap saudara-saudara kami, sahabat-sahabat kami, junior-junior kami, adik-adik kami, keponakan-keponakan kami dan orang-orang di bawah kami baik kultural maupun struktural agar mendatangi kami dan meminta maaf kepada kami, padahal kami lebih layak untuk dimaafkan atas kesalahan, keteledoran dan sikap-sikap ‘dzolim’ kami. Lucu memang kami ini”.
“Ya Allah, kamipun juga selalu dalam proses maaf-memaafkan, memulai dengan minta maaf, padahal itu berarti lebih mementingkan Idul Fitri pribadi kami. Dengan minta maaf sesungguhnya kami mendahulukan kepentingan pribadi kami dari kepentingan mereka. Seharusnya terlebih dahulu kami harus menyatakan bahwa kami telah memaafkan mereka, memerdekakan mereka, menyumbangkan proses Idul Fitri mereka. Seharusnya sebelum kami mohon kemerdekaan, kami wajib lebih dulu memerdekakannya”.
“Ya Allah, kami benar-benar belum layak berIdul Fitri, kami belum melakukan ‘perjalanan kembali’ dari kondisi tidak fitri menjadi fitri. Dari palsu menjadi sejati. Kami tidak sadar bahwa perjalanan itu sudah pasti harus melibatkan seluruh dimensi hidup yang kami punyai. Ya spiritualitasnya, ya intelektualitasnya, ya moralitasnya, ya estetikanya, ya pergaulan sosialnya, ya keterlibatan seluruh kesejarahannya.
“Ya Allah, jika kemudian kami tidak dalam kondisi fitri maka berarti itu kadar-kadar kepalsuan, penyelewengan atau pengingkaran yang Kau sebut asfala safilin, yang berarti Yang terendah dari yang rendah-rendah. Atau minimal kami mendekati asfala safilin”. “Kami tahu ya Allah bahwa kami seharusnya dan memang sebagai makhluk yang ahsani taqwim, karena selain kami dibekali nafsu juga dibekali akal atau kecerdasan nalar. Itulah yang membedakan kami dengan makhluk hidup lainnya”.
“Ya Allah, kami sadar bahwa sesungguhnya yang fitri adalah hamba-hamba-Mu yang mutmainnah, yang sanggup memerdekakan diri untuk tidak digendholi nafsu ego kecil, status sosial, posisi budaya, pemilikan dunia, kekuasaan yang semu dan sementara, karena hanya Engkau sajalah yang mementramkan hati. Sejati adanya”.
Amin. Wallahu a’lam bishshowab.
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEito2HKW6nuXlGNU_QVNP0C1ds9L_Z4sRyGkR8fKZBlAmrrPbAFDu0lRP8nmFJ939oHjdaV4SjxYCFfXH-L0PG0UgYTP8YT1kyNTxfVUUyQ_GHQRKRT2_ddrqBe40CsKvttDdnjjJcm15CJ/s200/gambar-sholat-tahajud1.jpg)
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi
Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....
Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
Haqqullah - Rohmatulloh - Ridho Alloh
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Gunung…..
Setinggi apaun engkau tetap kan ku daki
Karena aku adalah sang petualang sejati
Laut…..
Seluas apapun engkau akan tetap kusebrangi
Karena aku takan menyerah sampai mati
Matahari……
Sepanas apapun engkau menyinari dunia
Meskipun engkau terus membuatku mandi keringat
Jiwaku kan tetap tegar
Ragaku kan tetap tegar karena aku adalah pendekar
Hujan…..
Sederas apapun kau menyirami bumi
Aku takan pernah gentar
Tubuhku tidak akan bergetar
Karena aku takan pernah berhenti walaupun hanya sebentar
Yang aku cari tidak akan bisa dibeli
Yang aku cari yang paling orang cari
Negri cinapun kan kudatangi
Untuk mendapatkan ilmu dari illahi
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Di balik jilbab wajah berisi
Anggun menawan kukuh pribadi
Akhlaqnya mulia luhur budi
Dambaan setiap insane lelaki
Sang gadis bagaikan kuntum melati
Segar mewangi di pagi hari
Senyumannya menawan di hati
Itulah paras si gadis santri
Wahai para insane lelaki
Jagalah ia serta lindungi
Dengan emas kau nikahi
Kau miliki serta kau sayangi
Label:
Puisi
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Makam Ulama di Kediri.
1. Syaikh Abdul Qodir Al Khairi (Tambak Ngadi Kediri)
2. Syaikh Abdullah Sholeh (Tambak Ngadi Kediri)
3. Syaikh Muhammad Hirman (Tambak Ngadi Kediri)
4. Syaikh Hamim Jazuli (Tambak Ngadi Kediri)
5. Mbah Kyai Anis Ibrahim (Tambak ngadi Kediri)
6. Mbah Kyai Ahmad Sidiq (Tambak Ngadi Kediri)
7. Syaikh Usman (Temayan Kediri)
8. Mbah Kyai Jazuli Usman (Ploso Kediri)
9. Kyai Munif Jazuli
10. Mbah Kyai Jamaludin (Batokan Kediri)
11. Mbah Kyai Anwar (Pethuk Kediri)
12. Mbah Kyai Abdul Karim (Lirboyo Kediri)
13. Mbah Kyai Marjuki (Lirboyo Kediri)
14. Mbah Kyai Makhrus ‘Ali (Lirboyo Kediri)
15. Mbah Kyai Abdul Majid (Kedunglo Kediri)
16. Mbah Kyai Mubasyir Mundzir (Mangunahsari Kediri)
17. Syaikh Sholeh (Banjar Melathi Kediri)
18. Syaikh Hasan Besari (Kauman Kediri)
19. Syaikh Samsudin (Sentono Gedong Kediri)
20. Syaikh Abdullah Mursyad (Sentono Landeyan Kediri)
21. Syaikh Ihsan Jampes (Mutih Kediri)
22. Mbah Kyai Dahlan (Mutih Kediri)
23. Mbah Kyai Misbah (Mojoroto Kediri)
24. Kyai Imam Yahya (Mojoroto Kediri)
25. Mbah Hasan Munshorif (Adan adan Kediri)
26. Kyai Zamroji (Kencong Kediri)
27. Mbah Kyai Faqih (Sumbersari Kediri)
*Mbah Nur Wahid plongko
Mbah Imam Nawawi ringinagung
Mbah Ahmad Sa’i sagi plsklaten
Mbah Sulaiman washil setonogedong
Syekh Abd Mursyad bakalan grogol
Syech Syaifulloh Menang, Pagu
Syech Ikhsan Mutih, Jampes Kediri
Gus Baji Mutih, Jampes Kediri
Syech Ma’ruf Kedunglo bandarlor
Label:
Makam Ulama'
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Syaikh Ihsan lahir pada 1901 M. dengan nama asli Bakri, dari pasangan KH. Dahlan dan Ny. Artimah. KH. Dahlan, ayah Syaikh Ihsan, adalah seorang kiai yang tersohor pada masanya; dia pula yang merintis pendirian Pondok Pesantren Jampes pada tahun 1886 M.
Tidak banyak yang dapat diuraikan tentang nasab Syaikh Ihsan dari jalur ibu. Yang dapat diketahui hanyalah bahwa ibu Syaikh Ihsan adalah Ny. Artimah, putri dari KH. Sholeh Banjarmelati-Kediri. Sementara itu, dari jalur ayah, Syaikh Ihsan adalah putra KH. Dahlan putra KH. Saleh, seorang kiai yang berasal dari Bogor Jawa Barat, yang leluhurnya masih mempunyai keterkaitan nasab dengan Sunan Gunung jati (Syayrif Hidayatullah) Cirebon.
Terkait dengan nasab, yang tidak dapat diabaikan adalah nenek Syaikh Ihsan (ibu KH. Dahlan) yang bernama Ny. Isti’anah. Selain Ny. Isti’anah ini memiliki andil besar dalam membentuk karakter Syaikh Ihsan, pada diri Ny. Isti’anah ini pula mengalir darah para kiai besar. Ny. Isti’anah adalah putrid dari KH. Mesir putra K. Yahuda, seorang ulama sakti mandraguna dari Lorog Pacitan, yang jika urutan nasabnya diteruskan akan sampai pada Panembahan Senapati, pendiri Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Itu dari jalur ayah. Adapun dari jalur ibu, Ny. Isti’anah adalah cicit dari Syaikh Hasan Besari, seorang tokoh masyhur dari Tegalsari Ponorogo yang masih keturunan Sunan Ampel Surabaya.
Berikut bagan nasab Syaikh Ihsan Jampes
Ny. Isti’anah + KH. Saleh
Pertumbuhan dan Rihlah ‘Ilmiah
Syaikh Ihsan kecil, atau sebut saja Bakri kecil, masih berusia 6 tahun ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Setelah perceraian itu, Bakri kecil tinggal dilingkungan pesantren bersama sang ayah, KH. Dahlan, dan diasuh oleh neneknya, Ny. Isti’anah.
Semasa kecil, Bakri telah memiliki kecerdasan pikiran dan terkenal memiliki daya ingat yang kuat. Ia juga tekun membaca buku, baik yang berupa kiatab-kitab agama maupun bidang lain, termasuk majalah dan Koran. Selain itu, satu hal yang nyeleneh adalah kesukaannya menonton wayang. Di mana pun pertunjukan wayang digelar, Bakri kecil akan mendatanginya; tak peduli apakah seorang dalang sudah mahir ataukah pemula. Karena kecerdasan dan penalarannya yang kuat, ia menjadi paham benar berbagai karakter dan cerita pewayangan. Bahkan, ia pernah menegur dan berdebat dengan seorang dalang yang pertujukan wayangnya melenceng dari pakem.
Kebiasan Bakri kecil yang membuat risau seluruh keluarga adalah kesukaannya berjudi. Meski judi yang dilakukan Bakri bukan sembarang judi, dalam arti Bakri berjudi hanya untuk membuat kapok para penjudi dan Bandar judi, tetap saja keluarganya merasa bahwa perbuatan Bakri tersebut telah mencoreng nama baik keluarga. Adalah Ny. Isti’anah yang merasa sangat prihatin dengan tingkah polah Bakri, suatu hari mengajaknya berziarah ke makam para leluhur, khususnya makam K. Yahuda di Lorog Pacitan. Di makam K. Yahuda inilah Ny. Isti’anah mencurahkan segala rasa khawatir dan prihatinnya atas kebandelan cucunya itu.
Konon, beberapa hari setelah itu, Bakri kecil bermimpi didatangi oleh K. Yahuda. Dalam mimpinya, K. Yahuda meminta Bakri untuk menghentikan kebiasaan berjudi. Akan tetapi, Karena Bakri tetap ngeyel, K. Yahuda pun bersikap tegas. Ia mengambil batu besar dan memukulnya ke kepala Bakri hingga hancur berantakan. Mimpi inilah yang kemudian menyentak kesadaran Bakri; sejak saat itu ia lebih kerap menyendiri, merenung makna keberadaannya di dunia fana.
Setelah itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, ia keluar dari pesantren ayahnya untuk melalalng buana mencari ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Beberapa pesantren yang sempat disinggahi oleh Bakri diantaranya:
1. Pesantren Bendo Pare Kediri asuhan KH. Khozin (paman Bakri sendiri),
2. Pondok Pesantren Jamseran Solo,
3. Pondok Pesantren asuhan KH. Dahlan Semarang,
4. Pondok Pesantren Mangkang Semarang,
5. Pondok Pesantren Punduh Magelang
6. Pondok Pesantren Gondanglegi Nganjuk,
7. Pondok Pesantren Bangkalan Madura asuhan KH. Kholil, sang ‘Guru Para Ulama’.
Yang unik dari rihlah ‘ilmiah yang dilakukan Bakri adalah bahwa ia tidak pernah menghabiskan banyak waktu di pesantren-pesantren tersebut. Misalnya, untuk belajar Alfiah Ibnu Malik dari KH. Kholil Bangkalan, ia hanya menghabiskan waktu dua bulan; belajar falak kepada KH. Dahlan Semarang ia hanya tinggal di pesantrennya selama 20 hari; sedangkan di Peantren Jamseran ia hanya tinggal selama satu bulan. Namun demikian, ia selalu berhasil menguasai dan ‘memboyong’ ilmu para gurunya tersebut dengan kemampuan di atas rata-rata.
Satu lagi yang unik, di setiap pesantren yang ia singgahi, Bakri selalu ‘menyamar’. Ia tidak mau dikenal sebagai ‘gus’ (sebutan anak kiai); tidak ingin diketahui identitas aslinya sebagai putra kiai tersohor, KH. Dahlan Jampes. Bahkan, setiap kali kedoknya terbuka sehingga santri-santri tahu bahwa ia adalah gus dari Jampes, dengan serta merta ia akan segera pergi, ‘menghilang’ dari pesantren tersebut untuk pindah pesantren lain.
Mengasuh Pesantren dan Masyarakat
Pada 1926, Bakri menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Makkah, namanya diganti menjaid Ihsan. Dua tahun kemudian, Ihsan berduka karena sang ayah, KH. Dahlan, dipanggil oleh Allah SWT. Semenjak itu, kepemimpinan PP Jampes dipercayakan kepada adik KH. Dahlan, yakni KH. Kholil (nama kecilnya Muharror). Akan tetapi, dia mengasuh Pesantren Jampes hanya selama empat tahun. Pada 1932, dengan suka rela kepemimpinan Pesantren Jampes diserahkannya kepada Ihsan. Sejak saat itulah Ihsan terkenal sebagai pengasuh Pesantren Jampes.
Ada banyak perkembangan signifikan di Pesantren Jampes setelah Syaikh Ihsan diangkat sebagai pengasuh. Secara kuantitas, misalnya, jumlah santri terus bertambah dengan pesat dari tahun ke tahun (semula ± 150 santri menjadi ± 1000 santri) sehingga PP Jampes harus diperluas hingga memerlukan 1,5 hektar tanah. Secara kualitas, materi pelajaran juga semakin terkonsep dan terjadwal dengan didirikannya Madrasah Mafatihul Huda pada 1942.
Sebagai seorang kiai, Syaikh Ihsan mengerahkan seluruh perhatian, pikiran dan segenap tenaganya untuk ‘diabdikan’ kepada santri dan pesantren. Hari-harinya hanya dipenuhi aktivitas spiritual dan intelektual; mengajar santri (ngaji), shalat jama’ah, shalat malam, muthola’ah kitab, ataupun menulis kitab. Meskipun seluruh waktunya didesikannya untuk santri, ternyata Syaikh Ihsan tidak melupakan masyarakat umum. Syaikh Ihsan dikenal memiliki lmu hikmah dan menguasai ketabiban. Hampir setiap hari, di sela-sela kesibukannya mengajar santri, Syaikh Ihsan masih sempat menerima tamu dari berbagai daerah yang meminta bantuannya.
Pada masa revolusi fisik 1945, Syaikh Ihsan juga memiliki andil penting dalam perjuangan bangsa. PP Jampes selalu menjadi tempat transit para pejuang dan gerilyawan republik yang hendak menyerang Belanda; di Pesantren Jampes ini, mereka meminta doa restu Syaikh Ihsan sebelum melanjutkan perjalanan. Bahkan, beberapa kali Syaikh Ihsan turut mengirim santri-santrinya untuk ikut berjuang di garis depan. Jika desa-desa di sekitar pesantren menjadi ajang pertempuran, penduduk yang mengungsi akan memilih pp jampes sebagai lokasi teraman, sementara Syaikh Ihsan membuka gerbang pesantrenya lebar-lebar.
Wafat dan Warisan Syaikh Ihsan
Senin, 25 Dzul-Hijjah 1371 H. atau September 1952, Syaikh Ihsan dipanggil oleh Allah SWT, pada usia 51 tahun. Dia meninggalkan ribuan santri, seorang istri dan delapan putra-puteri. Tak ada warisan yang terlalu berarti dibandingkan dengan ilmu yang telah dia tebarkan, baik ilmu yang kemudian tersimpan dalam suthur (kertas: karya-karyanya yang ‘abadi’) maupun dalam shudur (memori: murid-muridnya).
Beberapa murid Syaikh Ihsan yang mewarisi dan meneruskan perjuangannya dalam berdakwah melalui pesantren adalah: (1) Kiai Soim pengasuh pesantren di Tangir Tuban; (2) KH. Zubaidi di Mantenan Blitar; (3) KH. Mustholih di Kesugihan Cilacap; (4) KH. Busyairi di Sampang Madura; (5) K. Hambili di Plumbon Cirebon; (6) K. Khazin di Tegal, dan lain-lain.
Sumbangan Syaikh Ihsan yang sangat besar adalah karya-karya yang ditinggalkannya bagi masyarakat muslim Indonesia, bahkan umat Islam seluruh dunia. Sudah banyak pakar yang mengakui dan mengagumi kedalaman karya-karya Syaikh Ihsan, khususnya masterpiecenya, siraj ath-Thalibin, terutama ketika kitab tersebut diterbitkan oleh sebuah penerbit besar di Mesir, Musthafa al-Bab- al-Halab. Sayangnya, di antara kitab-kitab karangan Syaikh Ihsan, baru siraj ath-Thalibinlah yang mudah didapat. Itu pun baru dapat dikonsumsi oleh masyarakat pesantren sebab belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut daftar karya Syaikh Ihsan Jampes yang terlacak:
1. Tashrih al-Ibarat (syarah dari kitab Natijat al-Miqat karya KH. Ahmad Dahlan Semarang), terbit pada 1930 setebal 48 halaman. Buku ini mengulas ilmu falak (astronomi).
2. siraj ath-Thalibin (syarah dari kitab Minhaj al-Abidin karya Imam al-Ghazali), terbit pada 1932 setebal ± 800 halaman. Buku ini mengulas tasawuf.
3. Manahij al-Imdad (syarah dari kitab Irsyad al-‘Ibad karya Syaikh Zainudin al-Malibari), terbit pada 1940 setebal ± 1088 halaman, mengulas tasawuf.
4. Irsyad al-Ikhwan fi Bayan Hukmi Syurb al-Qahwah wa ad-Dukhan (adaptasi puitik [plus syarah] dari kitab Tadzkirah al-Ikhwan fi Bayani al-Qahwah wa ad-Dukhan karya KH. Ahmad Dahlan Semarang), t.t., tebal ± 50 halaman. Buku ini berbicara tentang polemik hokum merokok dan minum kopi.
(Dihimpun dari berbagai sumber, terutama dari buku “Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi al-Kediri” karya KH. Busyro A. Mughni [t.p., t.t.] dan buku “Jejak Sepiritual Kiai Jampes”
Label:
Kyai Kondang
Diposting oleh
Unknown
komentar (0)
Salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah nusantara pada abad ke-19 (awal abad ke-20) adalah Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi. Namun, namanya lebih dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren Jampes (kini Al Ihsan Jampes) di Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Namanya makin terkenal setelah kitab karangannya Siraj Al-Thalibinmenjadi bidang ilmu yang dipelajari hingga perguruan tinggi, seperti Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dan, dari karyanya ini pula, ia dikenal sebagai seorang ulama sufi yang sangat hebat.
Semasa hidupnya, Kiai dari Dusun Jampes ini tidak hanya dikenal sebagai ulama sufi. Tetapi, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang ilmu-ilmu falak, fikih, hadis, dan beberapa bidang ilmu agama lainnya. Karena itu, karya-karya tulisannya tak sebatas pada bidang ilmu tasawuf dan akhlak semata, tetapi hingga pada persoalan fikih.
Dilahirkan sekitar tahun 1901, Syekh Ihsan al-Jampesi adalah putra dari seorang ulama yang sejak kecil tinggal di lingkungan pesantren. Ayahnya KH Dahlan bin Saleh dan ibunya Istianah adalah pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Jampes. Kakeknya adalah Kiai Saleh, seorang ulama asal Bogor, Jawa Barat, yang masa muda hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk menimba ilmu dan memimpin pesantren di Jatim.
Kiai Saleh sendiri, dalam catatan sejarahnya, masih keturunan dari seorang sultan di daerah Kuningan (Jabar) yang berjalur keturunan dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon, salah seorang dari sembilan wali penyebar agama Islam di Tanah Air.
Sedangkan, ibunya adalah anak dari seorang kiai Mesir, tokoh ulama di Pacitan yang masih keturunan Panembahan Senapati yang berjuluk Sultan Agung, pendiri Kerajaan Mataram pada akhir abad ke-16.
Keturunan Syekh Ihsan al-Jampesi mengenal sosok ulama yang suka menggeluti dunia tasawuf itu sebagai orang pendiam. Meski memiliki karya kitab yang berbobot, namun ia tak suka publikasi. Hal tersebut diungkap KH Abdul Latief, pengasuh Ponpes Jampes sekaligus cucu dari Syekh Ihsan al-Jampesi.
Semenjak muda, Syekh Ihsan al-Jampesi terkenal suka membaca. Ia memiliki motto (semboyan hidup), ‘Tiada Hari tanpa Membaca’. Buku-buku yang dibaca beraneka ragam, mulai dari ilmu agama hingga yang lainnya, dari yang berbahasa Arab hingga bahasa Indonesia.
Seiring kesukaannya menyantap aneka bacaan, tumbuh pula hobi menulis dalam dirinya. Di waktu senggang, jika tidak dimanfaatkan untuk membaca, diisi dengan menulis atau mengarang. Naskah yang ia tulis adalah naskah-naskah yang berisi ilmu-ilmu agama atau yang bersangkutan dengan kedudukannya sebagai pengasuh pondok pesantren.
Pada tahun 1930, Syekh Ihsan al-Jampesi menulis sebuah kitab di bidang ilmu falak (astronomi) yang berjudul Tashrih Al-Ibarat , penjabaran dari kitab Natijat Al-Miqat karangan KH Ahmad Dahlan, Semarang. Selanjutnya, pada 1932, ulama yang di kala masih remaja menyukai pula ilmu pedalangan ini juga berhasil mengarang sebuah kitab tasawuf berjudul Siraj Al-Thalibin . Kitab Siraj Al-Thalibin ini di kemudian hari mengharumkan nama Ponpes Jampes dan juga bangsa Indonesia.
Tahun 1944, beliau mengarang sebuah kitab yang diberi judul Manahij Al-Amdad , penjabaran dari kitab Irsyad Al-Ibad Ilaa Sabili al-Rasyad karya Syekh Zainuddin Al-Malibari (982 H), ulama asal Malabar, India. Kitab setebal 1036 halaman itu sayangnya hingga sekarang belum sempat diterbitkan secara resmi.
Selain Manahij Al-Amdad , masih ada lagi karya-karya pengasuh Ponpes Jampes ini. Di antaranya adalah kitab Irsyad Al-Ikhwan Fi Syurbati Al-Qahwati wa Al-Dukhan , sebuah kitab yang khusus membicarakan minum kopi dan merokok dari segi hukum Islam.
Kitab yang berjudul Irsyad al-Ikhwan fi Syurbati al-Qahwati wa al-Dukhan (kitab yang membahas kopi dan rokok) ini tampaknya ada kaitannya dengan pengalaman hidupnya saat masih remaja.
Dikisahkan, sewaktu muda, Syekh Ihsan terkenal bandel. Orang memanggilnya ‘Bakri’. Kegemarannya waktu itu adalah menonton wayang sambil ditemani segelas kopi dan rokok. Kebiasannya ini membuat khawatir pihak keluarga karena Bakri akan terlibat permainan judi. Kekhawatiran ini ternyata terbukti. Bakri sangat gemar bermain judi, bahkan terkenal sangat hebat. Sudah dinasihati berkali-kali, Bakri tak juga mau menghentikan kebiasan buruknya itu.
Hingga suatu hari, ayahnya mengajak dia berziarah ke makam seorang ulama bernama KH Yahuda yang juga masih ada hubungan kerabat dengan ayahnya. Di makam tersebut, ayahnya berdoa dan memohon kepada Allah agar putranya diberikan hidayah dan insaf. Jika dirinya masih saja melakukan perbuatan judi tersebut, lebih baik ia diberi umur pendek agar tidak membawa mudharat bagi umat dan masyarakat.
Selepas berziarah itu, suatu malam Syekh Ihsan (Bakri) bermimpi didatangi seseorang yang berwujud seperti kakeknya sedang membawa sebuah batu besar dan siap dilemparkan ke kepalanya.”Hai cucuku, kalau engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan batu besar ini ke kepalamu,” kata kakek tersebut.
Ia bertanya dalam hati, ”Apa hubungannya kakek denganku? Mau berhenti atau terus, itu bukan urusan kakek,” timpal Syekh Ihsan.Tiba tiba, sang kakek tersebut melempar batu besar tersebut ke kepala Syekh Ihsan hingga kepalanya pecah. Ia langsung terbangun dan mengucapkan istighfar. ”Ya Allah, apa yang sedang terjadi. Ya Allah, ampunilah dosaku.”
Sejak saat itu, Syekh Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di Pulau Jawa. Mengambil berkah dan restu dari para ulama di Jawa, seperti KH Saleh Darat (Semarang), KH Hasyim Asyari (Jombang), dan KH Muhammad Kholil (Bangkalan, Madura).
Di antara kitab-kitab karyanya, yang paling populer dan mampu mengangkat nama hingga ke mancanegara adalah Siraj Al-Thalibin .
Bahkan, Raja Faruk yang sedang berkuasa di Mesir pada 1934 silam pernah mengirim utusan ke Dusun Jampes hanya untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan al-Jampesi bersedia diperbantukan mengajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Namun, beliau menolak dengan halus permintaan Raja Faruk lewat utusannya tadi dengan alasan ingin mengabdikan hidupnya kepada warga pedesaan di Tanah Air melalui pendidikan Islam.
Dan, keinginan Syekh Ihsan al-Jampesi tersebut terwujud dengan berdirinya sebuah madrasah dalam lingkungan Ponpes Jampes di tahun 1942. Madrasah yang didirikan pada zaman pendudukan Jepang itu diberi nama Mufatihul Huda yang lebih dikenal dengan sebutan ‘MMH’ (Madrasah Mufatihul Huda).
Di bawah kepemimpinannya, Ponpes Jampes terus didatangi para santri dari berbagai penjuru Tanah Air untuk menimba ilmu. Kemudian, dalam perkembangannya, pesantren ini pun berkembang dengan didirikannya bangunan-bangunan sekolah setingkat tsanawiyah dan aliyah. Dedikasinya terhadap pendidikan Islam di Tanah Air terus ia lakukan hingga akhir hayatnya pada 15 September 1952.
Siraj Al-Thalibin, Kitab yang Sarat dengan Ilmu Tasawuf
Umat Muslim yang pernah menuntut ilmu agama di pesantren tentu pernah mendengar atau bahkan memiliki sebuah buku berbahasa Arab berjudul Siraj al-Thalibin karya Syekh Ihsan Dahlan al-Jampesi. Kitab tersebut merupakan syarah Minhaj Al-Abidin karya Imam Al-Ghazali, seorang ulama dan filsuf besar di masa abad pertengahan.
Kitab Siraj al-Thalibin disusun pada tahun 1933 dan diterbitkan pertama kali pada 1936 oleh penerbitan dan percetakan An Banhaniyah milik Salim bersaudara (Syekh Salim bin Sa’ad dan saudaranya Achmad) di Surabaya yang bekerja sama dengan sebuah percetakan di Kairo, Mesir, Mustafa Al Baby Halabi. Yang terakhir adalah percetakan besar yang terkenal banyak menerbitkan buku-buku ilmu agama Islam karya ulama besar abad pertengahan.
Siraj al-Thalibin terdiri atas dua juz (jilid). Juz pertama berisi 419 halaman dan juz kedua 400 halaman. Dalam periode berikutnya, kitab tersebut dicetak oleh Darul Fiqr–sebuah percetakan dan penerbit di Beirut, Lebanon. Dalam cetakan Lebanon, setiap juz dibuat satu jilid. Jilid pertama berisi 544 halaman dan jilid kedua 554 halaman.
Kitab tersebut tak hanya beredar di Indonesia dan negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, tetapi juga di negara-negara non-Islam, seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia, di mana terdapat jurusan filsafat, teosofi, dan Islamologi dalam perguruan tinggi tertentu. Sehingga, kitab Siraj al-Thalibin ini menjadi referensi di mancanegara.
Tidak hanya itu, kitab ini juga mendapatkan pujian luas dari kalangan ulama di Timur Tengah. Karena itu, tak mengherankan jika kitab ini dijadikan buku wajib untuk kajian pascasarjana Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, sebuah lembaga perguruan tinggi tertua di dunia.
Kitab ini dipelajari beberapa perguruan tinggi lain dan digunakan oleh hampir seluruh pondok pesantren di Tanah Air dengan kajian mendalam tentang tasawuf dan akhlak. Menurut Ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj, seperti dikutip dari situs NU Online , kitab ini juga dikaji di beberapa majelis taklim kaum Muslim di Afrika dan Amerika.
Karya fenomenal ulama dari Dusun Jampes, Kediri, ini belakangan menjadi pembicaraan hangat di Tanah Air. Ini setelah sebuah penerbitan terbesar di Beirut, Lebanon, kedapatan melakukan pembajakan terhadap karya Syekh Ihsan Muhammad Dahlan al-Jampesi. Perusahaan penerbitan dengan nama Darul Kutub Al-Ilmiyah ini diketahui mengganti nama pengarang kitab Siraj al-Thalibin dengan Syekh Ahmad Zaini Dahlan. Bahkan, kitab versi baru ini sudah beredar luas di Indonesia.
Dalam halaman pengantar kitab Siraj al-Thalibin versi penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah, nama Syekh Ihsan al-Jampesi di paragraf kedua juga diganti dan penerbit menambahkan tiga halaman berisi biografi Syekh Ahmad Zaini Dahlan yang wafat pada 1941, masih satu generasi dengan Syeh Ihsan al-Jampesi yang wafat pada 1952. Sementara itu, keseluruhan isi dalam pengantar itu bahkan keseluruhan isi kitab dua jilid itu sama persis dengan kitab asal. Penerbit juga membuang taqaridh atau semacam pengantar dari Syekh KH Hasyim Asyari (Jombang), Syekh KH Abdurrahman bin Abdul Karim (Kediri), dan Syekh KH Muhammad Yunus Abdullah (Kediri).
Kitab tersebut menawarkan konsep tasawuf di zaman modern ini. Misalnya, pengertian tentang uzlah yang secara umum bermakna pengasingan diri dari kesibukan duniawi. Menurut Syekh Ihsan, maksud dari uzlah di era sekarang adalah bukan lagi menyepi, tapi membaur dalam masyarakat majemuk, namun tetap menjaga diri dari hal-hal keduniawian.
Label:
Kyai Kondang
Popular Posts
-
Makam Ulama di Kediri. 1. Syaikh Abdul Qodir Al Khairi (Tambak Ngadi Kediri) 2. Syaikh Abdullah Sholeh (Tambak Ngadi Kediri) 3. Syai...
-
Pahlawan Nasional RI Kyai Imam Rozi (Singo manjat) dimakamkan di desa Tempursari ,kecamatan Ngawen putra Kyai Maryani, Pedan dilahirkan ...
-
Di balik jilbab wajah berisi Anggun menawan kukuh pribadi Akhlaqnya mulia luhur budi Dambaan setiap insane lelaki Sang gadis bagaik...
-
Oh, Sang Khalik Maha Pencinta, Betapa sanubariku mengimpikan simphoni cinta kehadirat-Mu. Betapa aku rasakan ada satu ikatan dan keutu...
-
Syaikh Ihsan lahir pada 1901 M. dengan nama asli Bakri, dari pasangan KH. Dahlan dan Ny. Artimah. KH. Dahlan, ayah Syaikh Ihsan, adala...
-
“ Ketika ditanya apa rahasianya sehingga dapat berjalan di atas air, Habib menjawab, “Dengan memutihkan hati.” Habib Al-Ajami,yang te...
-
Apa kabar Kekasih hatiku? Hope u well and do take care... Allah selalu bersama kita Sayangku... Masihkah menungguku...? Hm... menung...
-
Ada sebuah kisah yang menakjubkan yaitu pada zaman Nabi Muhammad S.AW. kisah ini terjadi di kehidupan rumah tangga Sayyidina Ali bin Abi...
-
Banyak cerita menarik seputar Imam Al Ghazali, yang paling terkenal ialah cerita tentang Ahmad, adiknya, melalui jalan saudaranya inilah ...
-
Kalau memang itu maumu Mencari bahagia dengan menuruti nafsu Terserah kamu... Pandailah sendiri Dan bodohlah sendiri... Kehidupan...